Beranda | Artikel
Jangan Jadi Hamba Dunia
Senin, 5 Desember 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Maududi Abdullah

Jangan Jadi Hamba Dunia adalah kajian tematik yang disampaikan oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc. Hafidzahullah pada Sabtu, 8 Jumadil Awwal 1444 H / 3 Desember 2022 M.

Jangan Jadi Hamba Dunia

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“Wahai sekalian manusia, takutlah kalian kepada hari dimana seorang ayah tidak akan bisa memberikan manfaat apapun kepada anaknya, dimana seorang anak tidak bisa memberikan apapun kepada ayahnya. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka jangan sampai kehidupan dunia menipu kalian, dan jangan pula setan memperdayakan kamu dalam mentaati Allah.” ((QS. Luqman[31]: 33)

Hari akhirat, dimana semua pertolongan hanya ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua kebutuhan manusia yang diinginkan manusia tidak datang dari manusia, tapi datang dari Allah.

“Jangan sampai kehidupan dunia menipu kalian.” Orang-orang yang hidup di permukaan bumi melihat dunia ini begitu indah. Sebagaimana dikatakan oleh Nabi kita tercinta dalam hadits yang shahih riwayat Imam Muslim:

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ

“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau.” (HR. Muslim)

Manis artinya dinikmati oleh lisan, dan hijau artinya indah ketika dinikmati oleh mata. Ini penyebab dunia itu begitu banyak memfitnah manusia. Ini adalah tipuan dan godaan yang luar biasa, sehingga membuat kaki manusia banyak terjerumus dalam kehidupan dunia yang fana dan hancur dalam kehidupan akhirat.

Oleh karena itu Allah Tabaraka wa Ta’ala menurunkan kepada kita Al-Qur’an dan megutus Nabi kita tercinta Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Itu semua adalah untuk memberikan petunjuk kepada kita yang hidup di permukaan bumi tentang bagaimana berhadapan dengan dunia supaya tidak salah langkah.

Allah Tabaraka wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an menerangkan kepada kita tentang dunia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam hadits-hadits beliau menerangkan kepada kita akan hakikat dunia. Dan hendaklah kita memandang dunia sesuai dengan apa yang Allah ajarkan kepada kita di dalam Al-Qur’an dan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi kita tercinta Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam hadits-haditsnya. Agar kita mengerti apa itu dunia, sehingga tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tertipu oleh kehidupan dunia.

Dunia itu sedikit

Menit ke-17:25 Ketika Allah Tabaraka wa Ta’ala berbicara kepada kita dan RasulNya berbicara kepada kita tentang dunia, Allah dan RasulNya mengatakan bahwa dunia itu sangatlah sedikit.

Kita sering menatap dunia itu sesuatu yang banyak, besar dan mewah, padahal Allah Tabaraka wa Ta’ala menerangkan hakikat dunia itu adalah sedikit. Dan pandangan mata ini yang sering membuat kita tertipu, dimana kita memandang dunia dengan sesuatu yang besar dan banyak. Ini tipuan dunia.

Ketika kita memandang bahwa orang yang memiliki harta itu telah mendapatkan sesuatu yang luar biasa, ini adalah tipuan dunia. Sampai hatimu melihat dunia beserta isinya itu kecil dan sedikit, saat itulah baru Anda adalah orang yang sesuai dengan apa yang Allah Tabaraka wa Ta’ala inginkan.

Di sini iman dan akal berperang. Mata manusia dengan akalnya melihat dunia dan ingin membesarkan dunia itu. Sementara iman kepada Al-Qur’an dan Sunnah mengajak untuk memandangnya remeh, kerdil dan kecil.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ

“Katakanlah (wahai Nabi kepada manusia) kenikmatan dunia itu adalah sedikit.” (QS. An-Nisa`[4]: 77)

Menit ke-37:44 Di dalam hadits yang shahih riwayat Imam Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟

“Demi Allah! Dunia dibandingkan akhirat hanyalah seperti seseorang dari kalian yang mencelupkan satu jemarinya ke laut kemudian dia mengangkatnya, maka lihatlah apa yang ada pada jarinya tersebut saat ia keluarkan dari laut!” (HR. Muslim)

Yang terangkat di jari itulah dunia, sedangkan sisa air laut adalah surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dunia itu singkat

Menit ke-39:50 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ ‎﴿١١٢﴾‏ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ ‎﴿١١٣﴾

“Allah bertanya: ‘Berapa tahun kalian tinggal di permukaan bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) satu hari atau sebagian hari, maka tanyakanlah kepada yang pandai menghitung.`” (QS. Al-Mu’minun[23]: 112)

Di dalam ayat ini Allah berbicara tentang hakikat dunia yang kedua. Yaitu dia adalah kehidupan yang sangat-sangat singkat. Penduduk Mahsyar dalam ayat ini tidak ada yang menjawab 60 tahun, 30 tahun, bahkan tak ada yang menjawab 1 tahun.

Kenapa ketika ditanya tahun, tapi manusia menjawabnya hari? Kenapa tak ada manusia yang menjawab 60 tahun sebagaimana usia mereka di dunia? Karena kita sudah bertemu dengan hari yang sebenarnya, yaitu hari akhirat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

…وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ

“Sesungguhnya sehari disisi Rabbmu (nanti di akhirat) adalah seperti seribu tahun seperti yang kalian hitung.” (QS. Al-Hajj[22]: 47)

Penduduk Mahsyar ketika ditanya menjawab satu hari. Ini karena usia mereka di dunia adalah 1.000 tahun.

Setan tidak akan membiarkan manusia menatap dunia ini singkat. Sementara itu yang ada di dalam Al-Qur’an. Itu yang diperintahkan Allah Tabaraka wa Ta’ala kepada kita, yaitu untuk meyakini tentang hakikat dunia ini singkat. Karena ketika bertemu dengan hari yang sebenarnya di akhirat, ternyata usia kita hanya hitungan menit. Dalam hitungan menit itulah kesempatan untuk mengejar surga dan lati dari neraka. Bukan waktu yang panjang.

Dunia itu penuh ujian dan cobaan

Menit ke-53:02 Dunia penuh dengan sesuatu yang membuat kita kesulitan. Allah Tabaraka wa Ta’ala ketika menurunkan Nabi Adam ke permukaan bumi, itu diberikan sebagai hukuman, bukan hadiah. Maka negeri yang Nabi Adam tinggal di dalamnya adalah negeri hukuman. Itulah dunia.

Siapa manusia di permukaan bumi tidak mendapatkan rintangan dan cobaan? Siapa manusia di permukaan bumi yang tidak menangis? Tidak ada. Karena memang Allah ciptakan dunia ini untuk itu. Dan Allah menciptakan manusia untuk diuji, diberikan bala, diberikan kesedihan dan kesulitan.

Hal ini sebagaimana yang kita lihat di dalam Al-Qur’an di awal-awal surah Al-Mulk, awal-awal surah Al-Insan, dan sebagaimana yang Allah katakan dalam surah Muhammad.

Dunia itu fana

Menit ke-56:19 Dunia itu fana, akan ditinggalkan dan akan berakhir dengan kematian. Itulah dunia.

Apakah ada manusia yang kekal hidup di permukaan bumi? Sekiranya ada orang yang dikekalkan hidup di permukaan bumi oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala dari orang-orang shalih tentu Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun Nabi kita juga diwafatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dunia itu sesuatu yang kerdil, kecil, sedikit, sangat singkat, penuh dengan ujian, dan berakhir dengan kematian, itulah dunia. Sementara akhirat sesuatu yang sangat banyak, kekal abadi, tak pernah terputus untuk selama-lamanya, tidak ada ujian apapun di dalamnya, dan tidak berakhir dengan kematian. Wajar kalau Allah mengatakan:

وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَىٰ

“Akhirat lebih baik untuk kalian kejar daripada dunia ini.” (QS. Al-Insyirah[94]: 4)

Bagaimana kajian lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52473-jangan-jadi-hamba-dunia/